PEMBERIAN KONSENTRAT
SEBAGAI PAKAN TAMBAHAN PADA SAPI PERAH
OLEH : MUHAMMAD
DARWIS, SP
PENYULUH PERTANIAN KAB. GOWA
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Susu
merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat besar manfaatnya dalam
meningkatkan kecerdasan serta pertumbuhan
fisik anak selama masa pertumbuhan, di samping itu sangat baik dalam menjaga stamina dan
kekuatan bagi individu dewasa dan lanjut usia. Air susu merupakan minuman sehat
yang mengandung protein sangat tinggi sehingga menunjang pertumbuhan keerdasan
dan daya tahan tubuh.
Kebutuhan
akan susu dalam negeri hingga saat ini sebagian besar masih dipenuhi dengan susu impor. Produksi susu
dalam negeri hanya mampu mrmasok sekitar 30 % dari kebutuhan dalam negeri, dan
sisanya dipenuhi melalui impor dalam bentuk susu bubuk. Untuk menghadapi
masalah ini diperlukan upaya melalui
produksi dalam negeri, antara lain
dengan meningkatkan populasi dan produktifitas sapi perah (Anonim, 2009).
Pengembangan
usaha peternakan sapi perah di Sukawesi Selatan sangat berpeluang, melihat
pangsa pasar yang masih sangat besar dan terbuka serta peranannya yang sangat
vital dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kandungan gizi yang
lengkap dalam susu dan mudahnya dicerna oleh tubuh kita menyebabkan susu menjadi bahan pangan
yang sangat penting sebagai sumber gizi dalam rangka menunjang kesejahteraan
keluarga dan kualitas manusia Indonesia. Selain itu, kondisi agroklimat
wilayahSulawesi Selatan yang sangat sesuai dengan kebutuhan phisiologis sapi
perah, ketersediaan lahan peternakan dan pakan serta pasar yang mendukung,
menjadi factor pendorong usaha pengembangan sapi perah di wiayah ini.
Populasi
sapi perah menurut data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang
sampai pada 1 Mei 2010 mencapai 1.527 ekor dengan jumlah peternak 227 orang dan
masih berpotensi untuk dikembangkan melihat potensi sumberdaya alam yang sangat
mendukung serta animo masyarakat untuk memelihara ternak perah yang cukup
tinggi.
Pada
pemberian pakan, umumnya peternak memnberikan hijauan berupa rumput gajah serta
dedak sebagai pakan tambahan, untuk menjaga stabilitas produksi susu dan
kesehatan ternak. Pemberian pakan tambahan dalam bentuk konsentrat jadi nelum
dilakukan secara optimal sehingga produksi air susu belu sesuai yang diharapkan.
Konsentrat
jadi merupakan bahan pakan tambahan bagi ternak yang terbuat dari campuran
dedak jagung, dedal padi, tepung tulang, tepung ikan, tepung kacang hijau,
bungkil kelapa dan bahan lain yang bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan ternak. Konsentrat jadi diberikan pada hamper
semua jenis ternak, baik ayam ras, ayam Bangkok, itik, dan sapi atau kerbau.
Bahan-bahan pembuatan konsentrat yang bersumber dari berbagai macam tanaman dan
hewan menyebabkan kandungan gizi dalam konsentrat yang tinggi dan sangat
berguna bagi tubuh ternak. Pada peternakan ayam petelur dan ayam pedaging,
konsentrat menjadi pakan pokok yang sangat dibutuhkan sehinggga menyerap
sebagian besar biaya produksi.
Untuk
memperkenalkan pengaruh konsentrat sebagai pakan tambahan terhadap pertumbuhan
dan produksi susu maka dilakukan penulisan karya tulis ini.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang dirumuskan adalah bagaimana pengaruh konsentrat sebagai pakan
tambahan terhadap pertumbuhan dan produksi susu.
C.
Tujuan
Memperkenalkan
pengaruh dari konsentrat sebagai pakan tambahan terhadap pertumbuhan dan
produksi susu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Phisiologi
Sapi Perah
Perkembangan usaha
peternakan sapi perah di Indonesia, terus menibgkat dari tahun ke tahun akibat
peningkatan permintaan bahan pangan asal ternak, sejalan dengan meningkatnya
jumlah penduduk, tingkat kesejahteraan rata-rata masyrakat serta kesadaran akan
pentingnya susu sebagai salah satu sumber protein hewani. Sementara itu,
produksi susu sapi dalam negeri masih sangat rendah dibandingakn dengan
kebutuhan kita. Usaha lain yang ditempuh untuk memenuhi kebutuhan susu ini
adalah dengan memanfaatkan susuyang terbuat dari kedelai. Namun demikian
pasokan susu jenis ini belum mencukupi kebutuhan nasional, sehingga kita masih
tetap saja kekurangan.
Menurut Hartutik ( 2008),
bahwa pada Tahun 2005 Indonesia memiliki populasi sapi perah sebanyak 373.970
ekor dengan pasokan susu segar sebanyak 341.986 ton per tahun. Sedangkan
kebutuhan susu dalam negeri sebesar 1.427.000
ton. Dengan demikian maka Indonesia masih harus mengimpor susu sebesar
1.085.014 ton. Peluang inilah yang harus diperhitungkan oleh pemerintah dalam
memprogramkan pengembangan peternakan sapi perah dalam negeri guna menuju
swasembada susu pada Tahun 2015 yang dicanangkan pemerintah.
Secara
fisiologis, sapi perah memiliki sifat yang sama dengan sapi potong. Sifat yang
dimaksud adalah lama kebuntingan, siklus birahi, prinsip-prinsip reproduksi,
fungsi bagian saluran cerna serta kebutuhan dan pemanfaatan nutrient. Pola
pemeliharaannya juga sangat bervareasi, mulai dari peternakan yang memelihara
beberapa ekor, sampai peternakan yang memelifara ratusan induk (Daisy, 2003)
B.
Faktor-faktor
yang Mempengruhi Produksi Air Susu
Faktor-faktor
yang mempengaruhi air susu sapi perah, baik volume airnya maupun komposisi
kandungannya, secara garis besar ada 3 (tiga), yaitu : factor lingkungan,
genetic dan manajemen (Saleh, 2004). Faktor lingkungan ditentukan oleh
unsure-unsur lingkungan seperti : suhu lingkungan, kelembaban, fegetasi,
ketersediaan pakan dan kebersihan. Factor gentik antara lain seperti jenis atau
ras, keturunan (fereditas), tingkat laktasi, umur ternak, infeksi atau
peradangan pada ambing, dan lain-lain. Factor manajemen seperti penyediaan
pakan, prosedur pemerahan dan sebagainya.
Produksi
air susu seekor sapi perah dapat dianggap mencapai kedewasaan produksi pada umur kira-kira 5 tahun. Periode
umur 5 – 10 tahun, volume produksi air susu
dalam suatu masa laktasi tidak banyak mengalami perbedaan yang mencolok.
Pada periode tersebut produksi tertinggi dicapai pada saat sapi telah mencapai
umur 6 – 8 tahun. Setelah mencapai umur 10 tahun produksi air susu mulai
berkurang, bahkan kadang-kadang diikuti dengan adanya kesulitan di dalam
melahirkan. Untuk itu, apabila sapi telah mencapai umur 10 tahun perlu
dipersiapkan generasi pengganti sebagai usaha untuk peremajaan (Anonim, 1995)
Untuk
lebh jelasnya, ketiga factor yang mempengaruhi produksi air susu sapi perah dan
kandungannya, diuraikan lebih lanjut sebagai berikut;
1.
Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan
memberikan pengaruh cukup besar terhadap tingkat produksi air susu sapi perah.
Di antara sekian banyak komponen lingkungan, yang paling yata pengaruhnya
adalah suhu dan berkaitan erat dengan kelembaban (Daisy, 2003).
Pengaruh lingkungan
terhadap produksi dan komposisi air susu dapat dikomplikasikan dengan
factor-faktor lain seperti nutrisi dan tahap laktasi. Bila factor-faktor
seperti itu dihillangkan maka memungkinkan untuk mengamati pengaruh musim dan
susu. Biasanya pada musim hujan kandungan lemak susu akan meningkat sedangkan
pada musim kemarau kandungan lemak susu lebih rendah. Produksi air susu yang
dihasilkan pada kedua musim tersebut juga berbeda. Pada musim hujan produksi
air susu dapat meningkat karena tersedianya pakan yang lebih banyak dari musim
kemarau. Suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi timbulnya infeksi bakteri dan
jamur penyebab mastitis.
Penyediaan bahan
makanan yang tidak mencukupi akan membatasi sekresi air susu, sebab mengingat
sifat dari ternak sapi perah yang mampu mengorbankan berat badannya untuk
keperluan berproduksi. Berat badan yang hilang ini tentu saja akan mengalami
penggantian dari zat-zat makanan dalam ransum. Jadi sapi perah yang mendapatkan
makanan yang sangat terbatas akan mencukupi kebutuhan hidup pokoknya dengan
mengorbankan zat makanan yang diperlukan dalam laktasi (Anonim, 1995).
Jenis pakan dapat
mempengaruhi komposisi air susu. Pakan yang terlalu banyak konsentrat akan
menyebabkan kadar lemak susu rendah. Jenis pakan dari rumput-rumputan akan
menaikkan kandungan asam asetat, sedangkan pakan berupa jagung atau gandum akan
menaikkan asam butiratnya. Pemberian pakan
yang banyak pada seekor sapi yang kondisinya kering kandang dapat
menaikkan hasil produksi air susu sebesar 10 – 30 %. Pemberian air minum adalah
penting untuk produksi air susu, karena air susu terdiri dari dari 87 % air dan
50 % dari tubuh sapi teriri dari air.
Jumlah air yang
dibutuhkan tergantung dari produksi air susu yang dihasilkan oleh seekor sapi,
suhu sekeliling dan pakan yang diberikan. Perbandingan antara air susu yang
dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1 : 36. Air yang dibutuhkan untuk tiap hari bagi
seekor sapi berkisar 37 – 45 liter (Saleh, 2004).
Adapun kebutuhan
zat-zat makanan untuk tiap liter produksi susu yang harus terpenuhi dapat
dilihat pada table di bawah ini ;
Lemak
(kg)
|
Prdd
(gr)
|
MP
(gr)
|
Ca
(gr)
|
P
(gr)
|
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
|
0,043
0,046
0,049
0,052
0,056
0,059
0,062
|
0,3
0,3
0,3
0,4
0,4
0,4
0,4
|
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
2,0
|
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
|
Sumber : Anonim, 1995
Keterangan :
Prdd :
Protein dapat dicerna
MP : martabat pati
Ca :
Calsium
P :
Posfor
Pada suhu lingkungan
yang tinggi terlihat jelas dapat menurunkan produksi air susu dimana ternak
sapi menurunkan konsumsi pakan, tetapi belum jelas apakah suhu dapat
mempengaruhi produksi air susu (Saleh, 2004).. Di Indonesia temperature
lingkungan yang mencapai 29 oC menurunkan produksi menjadi 10,1
kg/ekor/hari dari produksi sebesar 11,2 kg/ekor/hari jika temperature lingkungan
hanya berkisar 18 – 20 oC.
Makanan utama sapi
perah adalah rumput atau hijauan, tetapi pemberian hijauan saja tidak cukup
untuk produksi secara maksimal. Rumput di daerah tropis kurang dapat dicerna
sehingga konsumsi zat makanan yang dapat dicerna oleh sapi perah menjadi
rendah. Untuk mengatasi kekurangan tersebut maka diperlukan tambahan
konsentrat. Kombinasi antara hijauan, terutama rumput gajah dan konsentrat
dapat meningkatkan produksi air tetapi selalu menurunkan kadar lemak susu
(Suherman, 2003)
2.
Faktor
Genetik
Genetik merupakan faktor
individu yng diturunkan oleh orangtua kepada anaknya. Faktor ini bersifat baka,
tak berubah dan sangat menentukan produksi dan kandungan air susu sapi perah
selama masa laktasi. Oleh sebab itu kesanggupan untuk menghasilkan air susu
sangat tergantung pada keadaan genetik ternak yang bersangkutan.
Pada umumnya, sapi
perah yang berumur 5 – 6 tahun sudah mempunyai produksi air susu yang tinggi
tetapi hasil maksimum akan dicapai pada umur 8 – 10 tahun. Umur ternak erat kaitannya
dengan periode laktasi, makin tua umur sapi maka semakin tinggi pula produksi
air susunya, demikian pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena keadaan fisik
sapi yang berubah seiring pertambahan umurnya.
Pada periode permulaan produksi air susu
tinggi tetapi pada masa akhir laktasi produksi air susu menurun. Selama periode
laktasi kanungan protein susu secara umum mengalami kenaikan, sedangkan
kandungan lemaknya mula-mula menurun sampai bulan ketiga laktasi, kemudian naik
lagi. Komposisi air susu berubah pada tiap tingkat laktasi dimana perubahan
yang terbesar terjadi pada saat permulaan dan terakhir periode laktasi (Saleh,
2004)
3.
Faktor
Manajemen
Manajemen yang baik
dan sempurna merupakan kunci sukses bagi usaha peternakan sapi perah. Dalam hal
ini termasuk perlakuan yang diberikan seorang peternak terhadap rangsangan,
masalah pemerahan, lamanya kering kandang, pencegahan terhadap penyakit,
frekuensi pemerahan, jarak perkawinan (service periode) dan jarak melahirkan
(calving internal).
Perlakuan yang kasar
dalam proses pmerahan akan menimbulkan rasa sakit dan rasa takut yang dapat
mengakibatkan sapi menjadi stress, sehingga menimbulkan hambatan dalam proses
pemerahan. Peristiwa semacam ini juga akan mengakibatkan sekresi pembentukan air susu berikutnya terlambat,
bahkan dapat kemerosotan produksi secara permanen bagi seluruh masa laktasi
(Anonim, 1995)
Infeksi penyakit
tertentu dapat mempengaruhi produksi air susu. Penyakit yang terinfeksi akan
mempengaruhi denyut jantung sehingga peredran darah yang menuju ke kelenjar susu terpengaruh pula (Anonim,
1995)
Panjang pendeknya
masa kering kandang akan sangat mempengaruhi produksi dalam satu masa laktasi.
Kering kandang atau masa istrahat yang
terlalu singkat akan menyebabkan produksi air susu pada masa laktasi berikutnya
menjadi rendah. Masa istrahat yang normal
berlangsung 1,5 – 2 bulan (Anonim, 1995). Produksi air susu pada laktasi
kedua dan berikutnya dipengaruhi oleh
lamanya masa kering kandang sebelumnya. Setiap individu sapi betina
produksi air susu akan naik dengan bertambahnya masa kering kandang sampai 7 –
8 minggu. Meskipun demikian, menurut Sudono, dkk (2003), masa kering kandang yang lebih lama lagi maka
produksi akan bertambah lagi.
Jadwal pemerahan yang
teratur dan seimbang akan memberikan produksi air susu yang lebih baik dari
pada jadwal pemerahan yang tidak teratur dan seimbang, misalnya jarak pemerahan
yang terlalu panjang atau pendek. Jarak pemerahan antara 8 jam dan 16 jam,
hasilnya lebih rendah dari pada sapi yang diperah dengan jarak pemerahan antara
10 jam dan 12 jam (Anonim, 1995)
Pemerahan yang
dilakukan lebih dari 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, biasanya
dilakukan terhadap sapi yang berproduksi tinggi. Sapi perah yang berproduksi
lebih dari 20 liter per hari atau lebih dapat dilakukan 3 kali sehari,
sedangkan yang berproduksi 25 liter per hari atau lebih dpat diperah 4 kali
sehari. Peningkatan produksi air susu tersebut akibat pengaruh hormone
prolaktin yang lebih banyak dihasilkan dibandingkan sapi umumnya (Sudono, dkk,
2003).
Pengaturan jarak
perkawinan erat hubungannya dengan kelahiran seekor ternak dimana yang idealnya
13 bulan. Jarak antara dua kelahiran
yang terlampau panjang akan berakibat jelek dengan jarak kelahiran yang
pendek. Panjang pendeknya waktu antara dua waktu kelahiran sangat bergantung
pada cepat lambatnya sapi itu dikawinkan (Anoni, 1995).
Selang beranak yang
optimal adalah 12 dan 13 bulan. Jika selang beranak diperpendek maka akan
menurunkan produksi air susu sebanyak 3,7 % pada laktasi yang sedang berjalan
yang akan datang. Jika selang beranak diperpanjang sampai 450 hari maka akan
meningkatkan produksi air susu sebesar 3,5 % pada laktasi yang sedang berjalan
atau yang akan datang (Sudono, dkk, 2003)
III. KONSENTRAT
Konsentrat merupaakan
makanan ternak penguat yang kaya karbohidrat dan protein seperti jagung,
bekatul dan bungkil-bungkilan. Pakan konsentrat bisa dibeli dalam bentuk
jadi maupun dalam bentuk bahan makanan,
misalnya dedak, bekatul jagung, tepung ikan, tepung darah. Konsentrat digunakan
terutama pada saat pertumbuhan, pada masa kebuntingan maupun saat menyusui bagi
induknya. Para peternak memberikan pakan hijauan bersama dengan konsentrat
supaya semua zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan, produksi dan
reproduksi dapat terpenuhi (Anonim, 2008).
Penambahan konsentrat
pada sapi bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan menambah energy.
Tingginya pemberian pakan berenergi menyebabkan peningkatan konsumsi dan daya
cerna dari rumput atau hijauan kualitas rendah. Penambahan konsentrat tertentu
dapat menghasilkan asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu,
dapat juga bertujuan agar zat makanan dapat langsung diserap di usus tanpa
terfermentasi di rumen, mengingat fermentasi rumen membutuhkan energy lebih
banyak.
Induk ternak
perah yang laktasi memerlukan perhatian yang lebih terutama tata laksana
pemberian pakannya. Untuk memproduksi susu yang tinggi induk ternak perah akan
mengeluarkan cadangan energy di dalam tubuhnya sehingga menyebabkan berat
badannya akan turun. Pemberian pakan konsentrat harus ditingkatkan dengan pola
pemberian yang baik untuk mempertahankan produksi susu dan untuk mengurangi
laju penurunan berat badannya. Pemberian 1 kg konsentrat dapat menghasilkan
4 liter susu (Haryati, 2003).
Berdasarkan kandungan
gizinya, konsentrrat dibagi dua golongan, yaitu:
-
Konsentrat sebagai sumber nergi, dan
-
Konsentrat sebagai sumber protein
Konsentrat
sebagai sumber protein, yakni apabila kandungan proteinnya lebih dari 18 % Total
Digestible Nutrision (TDN) 60 %.
Ada
konsentrat yang berasal dari hewan dan ada pula dari tumbuhan. Konsentrat yang
berasal dari hewan mengandung protein lebih dari 47 %, mineral Ca lebih dari 1%
dan P lebih dari 1,5% serta kandungan serat kasar di bawah 2,5 %. Contohnya
tepung ikan, tepung susu, tepung daging, tepung darah, tepung bulu dan tepung
cacing. Konsentrat yang berasal dari tumbuhan kandungan proteinnya di bawah 47%, mineral Ca
di bawah 1 % dan P di bawah 1,5% serta serat kasar lebih dari 2,5%. Contohnya
tepung kedelai, tepung biji kapuk, tepung bunga matahari, bungkil wijen,
bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit.
Konsentrat
sebagai sumber energy apabila kandungan protein di bawah 18 %, TDN 60 % dan
serat kasarnya lebih dari 10 %. Contohnya dedak, jagung, empok, polar
(Tandilinting, 2002)
IV. PENGARUH KONSENTRAT
Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan di Desa Lebang Kecamatan Cendana Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan terhadap 9 ekor sapi dengan parameter yang diamati
adalah produksi susu setiap harinya dan efisiensi penggunaan pakan, diperoleh
hasil bahwa pemberian konsentrat sebanyak 3 kg/ekor/hari menghasilkan produksi
air susu optimal yaitu sebanyak 5 liter/ekor/hari. Hasil tersebut sejalan
dengan pendapat Haryati (2003) yaitu 4 kg/ekor/hari.
Fakta
lain yang diketahui yaitu bahwa pemberian pakan berupa konsentrat sebanyak 3
kg/ekor/hari dan hijauan sebanyak 30 kg/ekor/hari adalah merupakan susunan
ransum yang terbaik karena memberikan efisiensi pakan yang terbaik namun dengan
biaya yang paling rendah.
Pengaruh
konsentrat terhadap produksi susu disebabkan oleh kandungan nutrisi yang
terdapat di dalam konsentrat sangat menunjang tersusunnya formula air susu di
dalam tubuh sapi, terutama protein dan lemak. Sehingga adanya asupan gizi dari
konsentrat ke dalam tubuh sapi memicu terproduksinya air susu. Adapun mengenai
jumlah konsentrat sebanyak 3 kg/ekor/hari dimungkinkan oleh daya serap tubuh
sapi terhadap pakan tambahan serta kemampuan tubuh sapi untuk memproduksi air
susu yang bersesuaian dengan dosis tersebut.
Fakta
mengenai efisiensi penggunaan pakan terbaik yang dihasilkan oleh susunan ransum
berupa konsentrat sebanyak 3 kg/ekor/hari dan hijauan sebanyak 30 kg/ekor/hari
kemungkinan disebabkan karena perbandingan kandungan nutrisi yang dihasilkan
dari susunan ransum tersebut merupakan perbandingan terbaik, terutama antara
protein dan serat, dimana protein dihasilkan dari konsentrat sedangkan serat
dihasilkan dari hijauan. Protein dibutuhkan untuk membentuk air susu, sedangkan
serat dibutuhkan untuk menghasilkan kalori yang dibutuhkan sebagai sumber
energy bagi tubuh sapi sekaligus untuk membentuk jaringan tubuh yang sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
fakta ilmiah sebagaimana telah diuraikan di muka, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemberian
konsentrat sebagai pakan tambahan pada sapi perah dengan dosis adalah 3
kg/ekor/hari dapat meningkatkan produksi susu, dengan produksi susu sebanyak 5
kg/ekor/hari.
2. Pemberian
ransum berupa konsentrat sebanyak 3 kg/ekor/hari dan hijauan sebanyak 30
kg/ekor/hari merupakan susunan ransum yang terbaik karena menghasilkan
efisiensi pakan yang terbaik dan biaya pakan yang paling rendah.
B.
Saran-saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut
1. Kiranya
para peternak dapat memberikan konsentrat pada sapi perah mereka sebagai pakan
tambahan
2. Kiranya
pemerintah dapat mensosialisasikan kepada seluruh masyarakat tentang inovasi
ini demi untuk peningkatan produksi susu nasional dan peningkatan pendapatan
peternak.
3. Kiranya
para Penyuluh Pertanian dapat memfasilitasi para peternak untuk menerapkan
teknologi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adinda
T, 2004. Manfaat Pemberian Feed Blok
Suplement (FBS) yang Mengandung Minerasl Mikro, Penghambat Metan, Agen
Defsaunasi dan Probiotik Lokal terhadap Peningkatan Kualitas Susu. Skripsi
Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
Anonym,
1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi
Perah. Kanisius, Yogyakarta.
………..,
2006. Undang-undang RI No, 16 Tahun 2006,
tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Departemen
Pertanian, Jakarta
Daisy
R, 2003. Stress Panas pada Sapi Perah
Laktasi. Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana. IPB, Bogor.
Hartutik,
2008. Strategi Manajemen Pakan untuk
Meningkatkan Produksi Sapi Perah. http//pakan-ternak brawijaya.ac.id.
Saleh
E, 2004. Dasar Pengolahan Susu Dan Hasil
Ikutan Ternak. Program Studi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Sumatera Utara, Medan
Sudono,
Fina dan SB Susilo, 2003. Beternak Sapi
Perah Secara Intensif. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Suherman
D, 2003. Kombinasi Rumput Gajah dan
Konsentrat dalam Ransum terhadap Kualitas Produksi SusuSapi Perah Holstein.
Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Sutandi,
1980. Pengembangan Ternak Perah Ditinjau
dari Segi Manajemen dan Pemberian Makanannya. Departemen Ilmu Makanan
Ternak, IPB, Bogor.
Tangdilinting,
2002. Teknologi Pakan Ternak Perah.
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Widodo
dan Melleng A. Samad, 2008. Budidaya
Usaha Ternak Sapi Perah. Tatalima Corporation, Malang..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar