Sabtu, 20 Januari 2018

TATACARA BUDIDAYA TANAMAN CENGKEH

TATACARA BUDIDAYA TANAMAN CENGKEH

OLEH : MUHAMMAD DARWIS, SP
PENYULUH PERTANIAN KAB. GOWA


I.  PENDAHULUAN

A.    Latar  belakang
Tanaman cengkeh (Syzigium aromaticum) dikenal sebagai tanaman rempah yang digunakan sebagai obat tradisional. Cengkeh termasuk salah satu penghasil minyak atsiri yang biasa digunakan sebagai bahan baku industri farmasi maupun industri makanan, sedangkan penggunaan yang terbanyak sebagai bahan baku rokok. Produksi Cengkeh mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang upaya peningkatan pendapatan Negara karena sampai saat ini Cukai rokok merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang terbesar dibanding dengan sumber-sumber pendapatan lainnya untuk Tahun Anggaran 2001, yaitu sekitar Rp. 17,6 Trilyun atau 7,5 % bahkan target untuk Tahun Anggaran 2002, yaitu sekitar Rp. 22,3 Triliun dan Tahun 2003 sebesar 27 triliun dan penerimaan Negara dan penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi.
Besarnya cukai Rokok Kretek tergantung dari perkembangan produksi Rokok Kretek yang dihasilkan oleh Pabrik Rokok Kretek di Indonesia. Sedangkan produksi Rokok baik kualitas moupun kuantitasnya akan sangat dipengoruhi oleh ketersediaan pasokon Cengkeh yang merupakan bahan baku utama produksi Rokok Kretek
Tanaman cengkeh adalah tanaman yang cukup penting, karena tanaman ini banyak diambil manfaatnya sebagai bahan pembuatan obat-obatan. Oleh karena itu masyarakat perlu membudidayakan ataupun meningkatkan kuantitas hasil hasil panen cengkeh. Selain mempunyai banyak manfaat yang berguna, tanaman cengkeh juga memiliki nilai jual atau harga jual dengan harga yang cukup memuaskan.
Beberapa bagian dari wilayah Kabupaten Gowa cukup sesuai dengan syarat tumbuh tanaman cengkeh, hal ini terbukti bahwa pada masa-masa yang lalu ketika harga cengkeh masih bagus tanaman cengkeh banyak dibudidayakan, khususnya di daerah-daerah dataran tinggi. Namun para petani cengkeh kemudian menebang cengkehnya ketika harga cengkeh anjlok dan menggantinya dengan kakao. Sejak tiga tahun yang lalu pemerintah mulai menganjurkan penanaman kembali tanaman cengkeh karena harga cengkeh sudah mulai membaik.
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana menyampaikan tatacara budidaya cengkeh yang benar kepada petani agar hasil yang diperoleh nantinya sesuai dengan harapan, yakni sesuai dengan potensi produksi tanaman cengkeh yang dikeluarkan oleh balai-balai penelitian atau produsen benih cengkeh unggul yang direkomendasikan.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut;
1.   Bagaimana tatacara budidaya tanaman cengkeh yang benar agar diperoleh hasil yang sesuai harapan baik secara kuantitas maupun kualitas.
2.   Apakah tatacara budidaya cengkeh yang benar tersebut dapat diterapkan oleh petani kita ?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah ;
1.    Memperkenalkan tata cara budidaya tanaman cengkeh yang benar kepada petani.
2.    Mengetahui bahwa tata cara budidaya tanaman cengkeh dapat diterapkan oleh petani.


II.   KAJIAN PUSTAKA

A.  Sejarah
Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkeh, agar harumlah napasnya. Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkeh menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultanTernate. Orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas.
Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudiyakan pohon Cengkeh di Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkeh dibudayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar.
Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor. Sebab cengkeh disana dijadikan salah satu bahan makanan yang sangat berkhasiat bagi warga dan sekitarnya yang mengkonsumsi tanaman cengkeh tersebut. Sampai sekarang cengkeh menjadi salah satu bahan yang diekspor ke luar negeri.
Pohon cengkeh yang dianggap tertua yang masih hidup terdapat di Kelurahan Tongole, Kecamatan Ternate Tengah, sekitar 6 km dari pusat kota Ternate. Pohon yang disebut sebagai Cengkeh Afo ini berumur 416 tahun, tinggi 36,60 m, berdiameter 198 m, dan keliling batang 4,26 m. Setiap tahunnya ia mampu menghasilkan sekitar 400 kg bunga cengkeh.

B. Morfologi dan Kandungan Cengkeh

Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari suku Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar. India, Sri Lanka (Aksan, 2008) Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 10-20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm.
Tumbuhan ini adalah flora khas Profinsi Maluku Utara, pohonnya dapat tinggi mencapai 20-30 meter dan dapat berumur lebih dari 100 tahun. Tajuk tanaman cengkih umumnya berbentuk kerucut, piramid atau piramid ganda, dengan batang utama menjulang keatas. Cabang-cabangnya amat banyak dan rapat, pertumbuhannya agak mendatar dengan ukuran relatif kecil jika dibandingkan batang utama. Daunnya kaku berwarna hijau atau hijau kemerahan dan berbentuk elips dengan kedua ujung runcing. Tanaman cengkeh mulai berbunga pada umur 4,5 sampai 8 tahun tergantung dari jenis dan lingkungannya. Bunga ini merupakan bunga tunggal, berukuran kecil panjang 1-2 cm dan tersusun dalam satu tandan yang keluar dari ujung-ujung ranting, setiap tandan terdiri dari 2-3 cabang. Bakal bunga biasanya keluar setelah pasangan daun kelima dari satu set daun termuda telah dewasa atau mencapai ukuran normal fase ini disebut fase mepet tua, bakal bunga ini kadang-kadang keluar setelah daun pertama, kedua, atau ketiga tidak lagi membentuk bakal daun, tetapi langsung membentuk bakal bunga fase ini disebut fase mepet muda, bakal bunga ini bisa dibedakan dari bakal daun yaitu bakal bunga berwarna hijau, berujung tumpul, dan ruas dibawahnya sedikit membengkak sedangkan bakal daun berwarna merah dan berujung lancip (Agus, 2004). Bakal bunga keluar pada musim hujan (Oktober-Desember) bila bakal bunga mulai keluar dan kekurangan sinar matahari mendung terus menerus atau terjadi penurunan suhu malam sampai di bawah 17°C, maka bakal bunga akan berubah menjadi bakal daun sehingga ranting tersebut gagal menghasilkan bunga. Apabila lingkungannya baik bakal bunga akan berkembang membentuk cabang-cabangnya dalam waktu 1-2 bulan, bila cabang-cabang telah terbentuk dari ujung cabang terakhir akan keluar kuncup-kuncup bunga yang disebut ukuran kecil, fase ini disebut dengan sebutan mata yuyu, selanjutnya dalam waktu 5-6 bulan setelah itu (April-Juli), bunga telah matang dan siap untuk dipetik (Soenardi, 1981). Bunga cengkeh yang tidak dipetik pada saat matang dalam waktu beberapa hari akan mekar biasanya pada pagi atau sore hari beberapa saat sebelum atau setelah mekar bunga akan segera mengadakan penyerbukan sendiri atau silang melalui bantuan angin atau serangga (Danarti & Najiyati, 1991). Cengkeh sering digunakan untuk bumbu masakan baik dalam bentuk utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia.(Aksan, 2008).
Bunga cengkeh mengandung minyak atsiri, fixed oil (lemak), resin, tannin, protein, cellulosa, pentosan dan mineral, karbohidrat terdapat dalam jumlahnya bervariasi tergantung dari banyak faktor diantaranya jenis tanaman, tempat tumbuh dan cara pengolahan (Purseglove et al., 1981). ). Zat yang terkandung di dalam cengkeh bernama eugenol sering digunakan dokter gigi untuk menghilangkan rasa sakit pada gigi yang karies dan bahan dasar penambalan gigi, eugenol yang diproses lebih lanjut akan menghasilkan iso-eugenol yang digunakan untuk pembuatan parfum dan vanilin sintesis, minyak cengkeh juga digunakan untuk bahan baku pembuatan balsem cengkeh dan obat kumur (Hamid, 2008). Minyak atsiri akhir-akhir ini menarik perhatian dunia, karena ada beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal, sebagai bahan analgesik, minyak atsiri juga mempunyai sifat membius,
Minyak esensial yang terkandung di dalam bunga cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan dalam campuran tradisional chōjiyu (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral; "chōji" berarti cengkeh; "yu" berarti minyak) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.

C.  Jenis-jenis Cengkeh
Jenis cengkeh di Indonesia dibagi kedalam 4 tipe yaitu :
1.    Cengkeh Si Putih
Daun berwarna hijau muda (kekuningan) dengan helaian daun relatif lebih besar. Cabang-cabang utama yang pertama mati, sehingga percabangan seolah baru dimulai pada ketinggian 1,5 – 2 m dari permukaan tanah, percabangan dan daun tidak rindang, tajuk berbentuk agak bulat. Bunga lebih besar dari si kotok, pertandan ± 15 kuntum bunga. Saat bunga telah masak berwarna hijau muda/putih, tangkai bunga agak panjang, umur berbunga 6 - 8 tahun. Produksi maupun kualitas bunga relatif rendah.
2.    Cengkeh Si Kotok
Warna daun awalnya hijau muda kekuningan berikutnya beruha menjadi hijau tua , permukaannya mengkilap dan licin, bentuk daun ujung sedikit membulat dan langsing, cabang pertama tetap hidup sehingga tajuk nampak rendah dari permukaan tanah, bentuk tajuk silindris atau piramid, bunga relatif kecil dibanding dengan si putih, bunga pertandan berjumlah antara 20 – 50 kuntum, warna bunga mulanya berwarna hijau kemudian berubah menjadi kuning saat matang dengan pangkal berwarna merah. Pohon berbunga mulai umur 6 – 8 tahun tergantung ketinggian tempat dari permukaan laut. Kualitas bunga sedang, adaptasi dengan lingkungan lebih baik dari pada si putih tetapi lebih rwendah dari zanzibar.
3.    Cengkeh Tipe Ambon
Tajuk tanaman cenderung bulat dengan bagian atas tumpul bagian bawah cenderung meruncing, percabangan pada ketinggian 1,5 – 2 m dari permukaan tanah akibat cabang utama mati, bentuk daun dengan lebar 2/3 kali panjang, daun muda berwarna ros muda/hijau muda yang tua berwarna hijau tua, bagian bawah berwarna hijau abu-abu, permukaan daun kasar. Bunganya gemuk bertangkai panjang, bunga muda berwarna hijau muda dan berkembang berwarna kuning saat matang , percabangan bunga relatif sedikit dengan jumlah kurang 15 kuntum pertandan. Tipe ini tidak dianjurkan untuk ditanam petani karena produksi dan daya adaptasinya rendah.


4.    Cengkeh Tipe Zanzibar
Tajuk daun rimbun dengan percabangan rendah dari permukaan tanah, berbentuk kerucut karena cabang membentuk sudut lancip kurang dari 45 º , warna daun saat masih muda ros/merah muda , saat tua menjadi berwarna hijau tua mengkilat permukaan atas, hijau pudar / pucat pada permukaan bawah. Pangkal tangkai daun berwarna merah, bentuk daun agak langsing dengan bagian terlebar pada bagian tengah. Tipe ini mulai berbunga umur 4,5 – 6,5 tahun sejak disemaikan. Bunganya gemuk dan bertangkai panjang, berwarna hijau saat muda dan berubah kuning saat matang petik Percabangan bunga relatif banyak sampai mencapai lebih dari 50 kuntum per tandan. Jenis zanzibar ini dianjurakan untuk ditanam petani karena daya adaptasinya luas dengan produksi relatif tinggi dibandingkan dengan tipe lainnya.

III.    BUDIDAYA CENGKEH
A.  Syarat Tumbuh
Tanaman cengkeh tumbuh optimal pada ketinggian 300 – 600 m dpl dengan suhu  harian rata-rata 22°-30° C. Curah hujan yang dikehendaki yaitu 1500 - 4500 mm/tahun. 
Tanah gembur dengan dalam solum minimum 2 m, tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 - 6,5. Tanah jenis latosol, andosol dan podsolik merah baik untuk dijadikan perkebunan cengkeh.
B.  Pembibitan
Buat bedengan serta naungannya dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm. Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian selatan, intensitas cahaya 75%.  Benih dibenamkan pada media di polybag ukuran 15 cm x 20 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 1 tahun) atau ukuran 20 cm x 25 cm (untuk bibit yang akan dipindahkan pada umur 2 tahun) yang bagian bawahnya telah dilubangi 2,5 mm dengan jarak 2 x 2 cm. Media yang digunakan pasir halus, tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1, dan berikan POC per 20 25 kg pupuk kandang yang telah jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah dengan POC  5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air.
Kemudian susun polybag pada persemaian yang telah disiapkan. Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal 40% saat bibit dipindahkan ke lapang.
Pemupukan dengan NPK dilakukan dengan dosis 10 gr/pohon/tahun atau dengan Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing 3,5 gr/bibit/tahun . Pupuk tersebut diberikan tiap 3 bulan sekali sedangkan untuk yang didalam polibag diberikan sebanyak 1,5 bulan sekali.
C.  Pengajiran
Pengajiran adalah pemasangan ajir (patok) sebagai tanda dimana nantinya tanaman akan diletakkan. Pengajiran dilakukan pada lahan untuk memudahkan penanaman,  dengan jarak tanam 8 x 8 m dengan pola tanam bujursangkar atau jarak tanam 7 x 9 m pola tanam empat persegi panjang.
D. Penanaman
 Buat lubang pada tanah yang telah diberi ajir dengan ukuran sekitar  75 x 75 x 75 cm. Lakukan penanaman pada awal musim hujan. Berikanlah pupuk kandang 25 - 50 kg yang telah dicampur dengan 1 pak Natural dekomposer dan 1,5 - 2 kg dolomit, campur hingga rata. Masukan 5-10 kg campuran tersebut per lubang tanam. Masukkan bibit dan gumpalan tanahnya kedalam lubang hingga batas leher akar. Beri peneduh buatan setingggi 30 cm dengan intensitas 50%. Siramkan POC  secara merata dengan dosis 2-3 ml/liter air per bibit atau semprot POC dosis 2 tutup/ tangki.
E.  Pemeliharaan
Setelah bibit cengkeh ditanam ke lapangan tahap selanjutnya adalah pemeliharaan. Pada tanaman cengkeh, selama tanaman yang diusahakan tersebut dianggap masih menguntungkan secara ekonomis, maka akan dilakukan langkah-langkah untuk mempertahankan kondisi pertumbuhan dan produktifitasnya.
1. Pengelolaan Lahan dan Tanaman.
Penggemburan Tanah di sekitar pokok tanaman dan Sanitasi Kebun merupakan pekerjaan yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan
tanaman. Cengkeh  umur 1 – 5 tahun merupakan periode yang kritis, sekitar 10 – 30 % tanaman yang telah ditanam dilapangan mengalami kematian. Penggemburan tanah disekeliling tanaman di daerah sekitar perakaran di cangkul dangkal (± 10 cm) sekurangnya 2 kali setahun, pada awal dan akhir musim hujan sekaligus sebagai persiapan pemupukan. Gulma/alang-alang harus dibersihkan sampai akar-akarnya dengan cangkul/garpu atau dengan penyemprotan herbisida.
2. . Pengaturan Naungan
Pada stadia awal pertumbuhan, tanaman cengkeh memerlukan naungan yang cukup, berupa naungan buatan/sementara. Naungan buatan diadakan maksimal untuk dua periode musim kemarau setelah penanaman.
3. Penyulaman.
Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan, yaitu untuk menghindari kematian tanaman karena kekurangan air. Bibit sulaman yang dignakan berasal dari sumber benih dan umur yang tidak jauh berbeda dengan tanaman semula.
4. Penyiraman
Pada awal pertumbuhan, tanaman cengkeh memerlukan kondisi tanah yang lembab, sehingga pada musim kemarau perlu adnya penyiraman.
Pada tanaman dewasa penyiraman kurang diperlukan lagi, kecuali pada kondisi iklim ekstrim kering.
5. Pemasangan mulsa
Untuk menjaga kelembaban tanah disekitar tanaman dan memberikan kondisi lebih baik bagi pertumbuhan akar. Dilakukan menjelang musim kemarau.
dalam menyerap unsur hara dan air dari tanah.
6. Pemupukan
Pemupukan atau pemberian pupuk dimaksudkan untuk memberikan unsure hara kepada tanaman cengkeh sesuai dengan kebutuhannya, baik dalam jenis maupun dosisnya.  Berikut rekomendasi pemupukan pada tanaman cengkeh sesuai umurnya.
UMUR
PUPUK MAKRO
Urea
TSP
KCl
Dolomit
0,5
50
25
35
50
1
100
50
75
100
2
150
75
125
150
3
200
100
150
200
4
500
200
400
400
5
750
300
600
500
6
1000
400
800
750
7
1500
500
1000
1000
8
2200
600
1250
2000
9
2600
700
1500
2500
10
3000
800
1750
2900
11
3500
900
2000
3300
12
3500
900
2250
3800

Pemberian pupuk didasarkan pada pola penyebaran akarnya, penempatan pupuk pada tanaman cengkeh dilakukan dibawah proyeksi tajuk dan bagian dalam tajuk. Pupuk diberikan dengan membuat larikan sekeliling tanaman atau menghambur pada daerah piringan tanaman. Jenis pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik, baik tunggal maupun berupa pupuk majemuk. Pupuk anorganik berbentuk butiran (Urea, TSP/SP-36, KCI, Kieserit) diberikan pada proyeksi tajuk 2/3 bagian dan 1/3 bagian dibawah bagian dalam tajuk yang dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal dan akhir menjelang musim hujan. Pupuk anorganik berbentuk tablet, diberikan dalam 8 lubang tugal (4 lubang dibawah proyeksi tajuk dan 4 lubang tual dibawah tajuk bagi andalam) sedalam 10 – 15 cm. Pupuk tablet hanya diberikan setahun sekali, yaitu pada awal musim hujan.
7.   Pengendalian Hama dan Penyakit.
a. Kutu daun ( Coccus viridis )
Bagian yang diserang : ranting muda, daun muda.
Gejala : Pertumbuhan organ yang dihisapnya akan terhenti misal ranting mengering, daun dan bunga kering dan rontok.
Pencegahan gunakan pestisida organik seperti Natural BVR, dan sebagainya.
b. Penggerek ranting/batang (Xyleborus sp )
Bagian yang diserang : ranting/batang.
Gejala : Liang gerekan berupa lubang kecil, serangan hebat menyebabkan ranting / batang menjadi rapuh dan mudah patah.
Pengendalian : Pangkas ranting/batang yang terserang, pencegahan gunakan pestisida organik.
c. Kepik Helopeltis ( Helopeltis sp )
Bagian yang diserang : pucuk atau daun muda.
Gejala : Biasanya pucuk akan mati dan daun muda berguguran.
Pencegahan : Semprotkan pesitida organik seperti Natural BVR atau PESTONA.
d. Penyakit mati bujang ( bakteri Xylemlimited bacterium ).
Bagian yang terserang : perakaran, ranting-ranting muda.
Gejala : matinya ranting pada ujung-ujung tanaman.Gugurnya daun diikuti dengan matinya ranting secara bersamaan.
Pengendalian : pengaturan drainase yang baik, penggemburan tanah, pencegahan gunakan pestisida organik.
e. Penyakit busuk akar (Pytium rhizoctonia dan Phytopthora ).
Bagian yang diserang : perakaran.
Gejala : pada pembibitan tanaman mati secara tiba-tiba, pada tanaman dewasa daun mengering mulai dari ranting bagian bawah.
Pengendalian : bila serangan telah ganas maka tanaman yang terserang dibongkar dan dimusnahkan, lubang bekas tanaman berikan tepung belerang 200 gr secara merata, isolasi tanaman atau daerah yang terserang dengan membuat saluran isolasi, perbaiki drainase, gunakan organik dekomposer pada awal penanaman untuk pencegahan.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum bisa   mengatasi, sebagai alternative terakhir dapat digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. dengan dosis yang terkendali sesuai dengan anjuran. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan dapat ditambahkan Perekat Perata Pembasah dengan dosis 0,5 tutup botol per tangki.
F. Panen
Produk utama tanaman cengkeh adalah bunga, yang pada waktu dipanen kadar airnya berkisar antara 60 – 70 %. Waktu yang paling baik untuk memetik cengkeh adalah sekitar 6 bulan setelah bakal bunga timbul, yaitu setelah satu atau dua bunga pada tandannya mekar dan warna bunga menjadi kuning kemerah-merahan dengan kepala bunga masih tertutup, berisi dan mengkilat.
Pemungutan bunga cengkeh dilakukan dengan cara memetik tangkai bunga dengan tangan, kemudian dimasukkan kedalam kantong kain atau keranjang yang telah disiapkan, menggunakan tangga segitiga atau galah dari bambu, serta tidak merusak daun disekitarnya pada waktu pemetikan. Waktu panen sangat berpengaruh terhadap rendemen dan mutu bunga cengkeh serta miyak atsirinya. Saat pemetikan bunga cengkeh yng tepat yaitu apabila bunga sudah penuh benar tetapi belum mekar, pemetikan yang dilakukan saat bunga cengkeh masih muda (sebelum bunga masak) akan menghasilkan bunga cengkeh kering yang keriput, kandungan minyak atsirinya rendah dan berbau langu (tidak enak). Sedangkan apabila pemetikan terlambat (bunga sudah mekar) setelah dikeringkan akan diperoleh mutu yang rendah, tanpa kepala serta rendeman rendah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam panen yaitu jangan memanen secara serampangan sehingga bunga yang belum masak ikut dipetik, jangan sampai kegiatan panen menimbulkan kerusakan atau luka pada tanaman akibat
G. Penanganan Bunga Cengkeh
 Sebelum dikeringkan, bunga cengkeh dipisahkan dari tangkai/gagang dan dikeringkan secara terpisah. Pada tahap ini dilakukan pemisahan antara bunga cengkeh yang baik, bunga yang terlalu tua dan yang terjatuh, setelah itu bunga cengkeh segera dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan  menjemurnya dibawah panas matahari langsung atau menggunakan pengering buatan.- Bunga cengkeh yang akan dijemur dihamparkan pada alas tikar, anyaman bambu (giribig) atau plastik, atau pada lantai jamur yang diberi alas plastik.- Selama proses pengeringan cengkeh dibolak-balik agar keringnya merata.- Proses pengeringan dianggap selesai apabila warna bunga cengkeh telah berubah menjadi coklat kemerahan, mengkilat, mudah dipatahkan dengan jari tangan dan kadar air telah mencapai sekitar 10 – 12 %.- Lamanya waktu penjemuran dibawah sinar matahari sekitar 3 – 4 hari.


IV.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ;
1.  Tata cara budidaya cengkeh ternyata  cukup kompleks, dimulai dari syarat tumbuhnya yang sangat khusus, langkah pembibitannya yang memerlukan kecermatan serta tahap pemeliharaannya yang panjang dan berbagai macam pekerjaan, hingga panennya yang berisiko.
2. Budidaya cengkeh dapat diterapkan oleh petani apabila petani kita bersungguh-sungguh melakukannya dan berkeinginan melaksanakan usahatani cengkeh.

B.  Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut;
1.  Kiranya pemerintah dapat memberikan program bantuan fasilitasi dan sarana kepada masyarakatnya khususnya yang berada pada wilayah yang cocok untuk tanaman cengkeh agar teknis budidaya cengkeh dapat teradopsi dengan baik
2.  Kiranya dalam tahapan pembangunan wilayah, Pemkab dapat memasukkan dalam pembuatan Rencana Anggaran Belanja Daerah untuk program pengembangan tanaman cengkeh.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://rudikurniawansp.blogspot.com/2011/02/tinjauan-budidaya-cengkeh-eu
2.http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_0705540_chapter2.pdfgenia.htm
3. http://www.anneahira.com/tanaman-cengkeh.html
4. KTI, Panitia. 2012. Buku Panduan Penulisan KTI. MAN NganjukMENINGKATKAN HASIL 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar