Sabtu, 20 Januari 2018

PEMBUATAN KECAP DARI AIR KELAPA

PEMBUATAN KECAP DARI AIR KELAPA
OLEH : MUHAMMAD DARWIS, SP
PENYULUH PERTANIAN KAB. GOWA
I.              PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang
Kelapa (Cocos nucifera. L) adalah salah satu tanaman asli Indonesia. Nenek moyang kita bahkan mengidentikkan negeri ini sebagai negeri kelapa, atau “negeri nyiur melambai”.  Bentuk geografis  Indonesia yang berupa kepulauan, sangat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kelapa, sebab tanaman kelapa termasuk tanaman daerah pantai, meskipun masih bisa tumbuh pada daerah dataran tinggi atau jauh dari pantai, akan tetapi tanaman ini akan memberikan hasil yang lebih baik pada daerah-daerah pesisir pantai atau di pulau-pulau kecil yang merupakan bagian terbesar dari wilayah negara kita. 
Kelebihan dari tanaman ini,  yang pertama adalah sangat mudah mengusahakannya. Para petani di daerah pesisir pantai tak perlu melakukan penanganan secara khusus bila ingin mendapatkan tanaman kelapa. Mereka cukup “membiarkan”  buah kelapa yang jatuh dari pohonnya di kebun-kebun mereka dan pasti buah tersebut akan tumbuh menjadi tanaman baru. Kelebihannya yang kedua adalah cukup toleran terhadap keadaan lingkungan. Bila tanaman ini tumbuh pada daerah pantai maka dapat dipastikan akan memberikan hasil yang baik meskipun tanpa perlakuan yang istimewa, misalnya pemberian pupuk. Tetapi bila ditanam di daerah gunung atau di daerah yang jauh dari laut, maka kelapa masih bisa tumbuh namun hasilnya kurang maksimal..  Kelebihannya yang ketiga adalah seluruh bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan bahkan dapat memberikan keuntungan finansial.
Salah satu bagian dari kelapa yang bisa dimanfaatkan adalah air buah kelapa, yang bagi sebagian besar petani dan masyarakat luas  hanya dianggap limbah atau bahan buangan.
Kenyataan yang sering kita jumpai di lapangan bahwa air kelapa hanya dibuang begitu saja oleh para pedagang eceran di pasar dan oleh para pembuat kopra atau minyak.di daerah penghasil kelapa. Jika diperkirakan dari setiap buah kelapa yang telah masak sempurna dapat memberikan air kelapa sebanyak 300 – 500 ml, dan pedagang eceran di pasar mengupas kelapa sebanyak 10 buah setiap harinya, berarti sekitar 3 – 5 liter air kelapa terbuang percuma oleh seorang penjual kelapa eceran. Kalau di sebuah pasar ada sepuluh saja penjual kelapa eceran, itu berarti sudah 30 – 50 liter air kelapa yang sia-sia setiap hari. Padahal, dari setiap 10 liter air kelapa dapat dihasilkan kecap sebanyak kurang-lebih 5 botol, maka dapat dibayangkan betapa besar peluang usaha yang disia-siakan selama ini.
Di sisi lain, perkembangan jumlah penduduk serta semakin banyaknya pengusaha warung makanan dan pedagang bakso gerobak cenderung meningkatkan permintaan terhadap produk kecap. Kalangan tersebut merupakan pangsa pasar yang sangat baik untuk  produk kecap air kelapa.
Kabupaten Gowa merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan kelapa karena memiliki lahan kering dan daerah pesisir pantai serta daerah aliran Sungai Jeneberang. Letaknya yang berbatasan langsung dengan Makassar merupakan peluang yang baik untuk pengembangan produk pangan siap saji seperti kecap, karena Makassar adalah pasar yang sangat terbuka.
Berdasarkan potensi tersebut, maka dicoba untuk mengkaji usaha pembuatan kecap dari air kelapa dengan mengambil data di daerah Kelurahan Borongloe Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa yang merupakan salah satu daerah yang terbilang cukup dekat dari Kota Makassar serta memiliki potensi areal pertanaman kelapa.

II.            TANAMAN KELAPA
Kelapa (Cocos nucifera) adalah salah satu jenis tanaman daerah tropis yang sangat cocok tumbuh di daerah pesisir pantai.  Sepanjang  hidupnya tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh. Sebab itulah maka pembudidayaannya harus dilakukan pada lahan-lahan yang terbuka. Mengenai asal-usul tanaman kelapa ada 2 teori yang muncul; pertama; teori yang mengatakan bahwa kelapa berasal dari daerah Amerika Selatan, kedua: teori yang mengatakan bahwa kelapa berasal dari daerah Asia atau Indo Pacific. Kedua teori masing-masing memiliki alasan berdasarkan bukti-bukti empiris seperti species dari genus cocos yang ditemukan pada kedua kawasan tersebut (Suhardiyono, 1988)
Pemanfaatan bagian-bagian tanaman kelapa oleh masyarakat petani sudah lama sekali dikenal. Hal ini dapat dilihat dari catatan-catatan mengenai kebudayaan kuno  maupun dari cerita-cerita rakyat yang berkembang di masyarakat kita. Sehubungan dengan itu, kita perlu mengenal lebih jauh sifat-sifat daripada organ tanaman kelapa, yaitu daun, batang, dan akarnya.
1. Daun
Pada tanaman kelapa dewasa jumlah daun dapat mencapai 30 – 35 tangkai.dengan panjang kurang-lebih 6 meter. Setiap tangkai memiliki 200-250 anak daun. Panjang anak daun pada bagian pangkal dan ujung tangkai (pelepah) lebih pendek sedangkan pada bagian tengah dapat mencapai 90 – 125 cm. Daun yang segar beratnya dapat mencapai 10 – 15 kg.
Daun tersusun secara melingkar pada batang, dan daun pertama akan berada pada satu garis lurus dengan daun ke-enam, ke-duabelas dan seterusnya setiap kelipatan enam. Daun-daun yang berurutan membentuk spiral dengan menyudut 140o atau dengan kata lain, setiap lima daun  kira-kira membentuk dua lingkaran.
Seperti halnya pada tanaman lain, daun pada kelapa berfungsi sebagai alat fotosintesis dan transpirasi. Sebagai alat fotosintesis, daun kelapa memiliki warna hijau cerah atau hijau tua pada daun yang sudah terbuka sempurna, sedangkan pucuk daun berwarna hijau muda. Sebagai alat transpirasi, daun memiliki stomata yang merupakan jalan keluarnya air  dari tubuh tanaman ke udara. Pada keadaan normal air akan keluar dari tanaman kelapa dalam jumlah cukup besar, menurut Copeland (1931)  dalam Suhardiyono (1988) diperkirakan 40,5 liter per hari, namun bila kondisi kekurangan air maka stomata akan menutup dan anak daun akan merunduk sehingga saling mendekat. Tanaman kelapa yang tumbuh di daerah pantai memiliki daun dan mahkota yang lebih besar dibandingkan tanaman kelapa yang tumbuh di daerah gunung.
2. Batang
Batang tanaman kelapa terbentuk bersamaan dengan terbentuknya daun, namun belum dapat dilihat dengan jelas. Batang mulai nampak jelas setelah daun bagian terbawah telah gugur, kira-kira setelah tanaman berumur 3 – 5  tahun.
Pada batang terlihat bekas-bekas duduk tangkai/pelepah daun, yang biasa dijadikan tanda untuk mengetahui umur tanaman kelapa yang sudah tua. Seperti diketahui bahwa daun terbentuk sekitar 12 – 14 dalam setahun, sehingga banyaknya bekas duduk daun akan menunjukan umur tanaman tersebut.
Batang kelapa tidak memiliki kambiun sehingga tidak mengalami pertumbuhan sekunder yang disebabkan oleh membesarnya kambiun. Pembesaran batang kelapa hanya disebabkan oleh pembesaran dan pertambahan pembuluh kayu dan pembuluh tapis serta epidermis batang. Tanaman kelapa hanya memiliki satu titik tumbuh yang terletak pda ujung batang, berukuran sangat kecil (0,5 X 0,5 mm) terdiri atas jaringa meristem. Karena itu pertumbuhan kelapa menuju ke atas dan pada tingkat pertumbuhan tertentu pada ketiak daun akan keluar karangan bunga (mayang). Tinggi batang kelapa berkisar 20 – 30 meter, tetapi dapat pula lebih dari itu..
Besarnya lingkar batang dapat dijadikan salah satu parameter kesuburan tanaman. Besarnya lingkar batang bervareasi antara 120 – 180 cm. Batang kelapa terdiri atas lebih-kurang 18.000 berkas pembuluh, yaitu pembuluh kayu dan pembuluh tapis.
3. Akar
Tanaman kelapa termasuk jenis tanaman monokotil, karenanya akar kelapa berupa akar serabut. Akar serabut akan mulai tumbuh dalam masa perkecambahan. Dalam umur satu tahun kelapa biasanya mempunyai akar serabut sebanyak 25 buah dengan panjang rata-rata 70 cm dengan diameter 0,5 – 1 cm. Sedangkan tanaman dewasa memiliki 4.000 – 7.000 buah akar serabut.
Selain akar serabut kelapa juga memiliki akar rambut berdiameter 0,1 cm, berdinding lunak, berbintil dan berfungsi menyerap unsur hara dari dalam tanah.   
4. Bunga
Bunga adalah alat reproduksi pada tumbuhan sekaligus juga merupakan cikal bakal buah.  Bunga tanaman kelapa akan keluar dari ketiak daun setelah tanaman berumur lebih kurang 7 tahun pada varietas dalam dan 3 tahun pada varietas genjah dan hybrida. Tanaman kelapa merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu malai, bunga jantan terdapat pada ujung malai dan bunga betina terdapat pada pangkal/dasar malai.
Canoy dan De Guzman (1977) dalam Suhardiyono (1998) mengungkapkan bahwa jumlah bunga setiap tandan adalah 6.200 bunga jantan dan 15 bunga betina. Bunga jantan membuka beberapa hari setelah mancung (spathe) membuka dan tetap terbuka selama 1 hari. Bunga betina mulai mekar 3  minggu setelah mancung terbuka. Tiap bunga betina mampu menerima polinasi dalam waktu maksimum 4 hari.
Jumlah bunga betina pada tandan merupakan potensi produksi dari tanaman kelapa. Pada umumnya, persentasi bunga yang menjadi buah adalah rendah. Manon dan Pandalai (1958) dalam Suhardiyono (1998) melaporkan bahwa kelapa yang berproduksi baik menghasilkan bunga betina sebanyak 396 pertahun, sedangkan  jumlah buah yang dihasilkannya adalah 120 pertahun, atau 30,3%.
5. Buah
Buah kelapa biasanya akan masak 12  bulan setelah mancung membuka. Bunga betina yang dibuahi akan berkembang menjadi buah.  Dan pertumbuhan buah maksimum dalam berat maupun volumenya akan mulai nampak pada bulan ketiga. Berat buah maksmum dicapai pada bulan ketujuh, sedangkan volume maksimum dicapai pada bulan kedelapan. Tempurung terbentuk pada bulan ketiga, dan mencapai berat maksimum pada bulan kesembilan.
Daging buah mulai dapat dilihat pada bulan ketujuh dan mencapai berat maksimum pada bulan keduabelas. Pada bulan ketujuh, saat berat buah mencapai maksimum diketahui bahwa berat sabut 62%, berat tempurung 7% dan berat daging buah 1%. Sedangkan pada saat dipetik (umur 12 bulan) berat sabut adalah 56,3%, tempurung 17% dan daging buah 26,5% dari berat buah basah (Suhardiyono, 1998)
Pada saat buah sudah masak sempurna buah kelapa mengandung air sebanyak 133,7 gram dan  daging buah 347,6 gram sehingga totalnya 481,3 gram. (Julian A. Banzon dan Jose R. Velasco dalam Suhardiyono, 1998)
Buah kelapa juga merupakan alat reproduksi daripada tanaman kelapa karena perbanyakan tanaman hanya dapat dilakukan secara generative saja, tidak ada cara lain yang diketahui sampai pada saat ini.
III.  AIR KELAPA DAN MANFAATNYA
Air kelapa adalah salah satu bagian dari buah kelapa. Terdapat pada bagian terdalam (rongga) dari buah kelapa dan merupakan komponen 0,23% dari keseluruhan buah kelapa. Komposisi kimia dari air kelapa.yaitu: bahan padat 4,71%; gula 2,56%; abu 0,46%; minyak 0,74%; protein 0,59% dan senyawa klorida 0,17%.(Sison, 1977 dalam Soehardiyono, 1988).
Sejak dahulu kala air kelapa sudah dikenal manfaatnya oleh nenek moyang kita. Air kelapa terutama dimanfaatkan sebagai obat dan minuman segar. Dalam pengobatan, air kelapa dikenal manjur untuk menawarkan racun dan alergi. Air kelapa juga sangat disukai sebagai minuman penghilang rasa haus karena rasanya yang segar dan manis.  Belakangan, air kelapa juga dimanfaatkan dalam pembuatan kue, yakni sebagai pelumat adonan tepung yang baik untuk membuat adonan roti mengembang.
Meskipun air kelapa berkhasiat obat serta sangat disukai sebagai minuman, namun air kelapa yang dihasilkan dari usaha penjualan buah kelapa eceran maupun usaha pembuatan kopra dan minyak hanya dibuang saja karena terlalu banyaknya. Perkembangan teknologi yang terus berjalan belakangan ini menemukan beberapa resep mengolah air kelapa menjadi produk makanan ringan, yakni kembang gula dari air kelapa serta nata de coco.
Salah satu usaha kecil yang sedang berkembang sekarang ini adalah pembuatan es kelapa muda. Pembuatan es kelapa muda banyak dilakukan oleh pedagang kaki lima hingga pengusaha warung dan restoran besar. Es kelapa muda banyak digemari khususnya oleh masyarakat kota karena khasiat dari air kelapa muda.
Sementara itu, dari jenis penyedap rasa (makanan) telah berhasil pula ditemukan resep atau teknik pembuatan dengan bahan baku air kelapa, yakni kecap air kelapa.

IV.  PENGERTIAN KECAP
Dewasa ini mungkin hampir semua orang sudah mengenal kecap. Suatu masakan akan terasa kurang lengkap sedapnya jika belum diberi kecap. Kita tak perlu heran bila kemudian penyedap rasa masakan ini sering dijadikan sebagai “simbol” dari rasa sedap atau nikmat, sehingga orang yang sedang berbicara secara berlebih-lebihan sering diistilahkan “ngecap”.
Sarwono (1985) menyatakan bahwa kecap tergolong bahan makanan yang banyak diperlukan masyarakat. Di samping itu, kecap sebagai bahan penyedap makanan dimana fungsinya untuk menambah sedapnya cita-rasa serta aroma masakan yang hampir setiap saat dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia.
Kecap dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku seperti kedele dan air kelapa. Kecap dari kedelai merupakan kecap yang sudah lazim bagi masyarakat, dan sudah dikenal sejak lama. Kecap jenis ini teknologinya sudah lama diketahui, kemungkinan diperkenalkan oleh pendatang dari tanah Cina. Sedangkan kecap dari air kelapa dapat dikatakan relatif baru dikenal oleh masyarakat kita. Belum banyak petani yang mengetahui teknologinya meskipun sebenarnya cukup sederhana.
Adapun standar mutu kecap adalah sebagai berikut;
Tabel 1. Standar  Mutu Kecap
Komponen
Kadar (%)
Kadar Air
Kadar Protein
Kadar Abu
Kadar Padatan Terlarut
9,7
29,8
3,3
25,4
Pada umumnya kecap yang beredar di pasar ada 2 (dua) macam rasa, yaitu kecap manis dan kecap asin. Hal ini hanya dibedakan oleh bahan tambahan yang dipakai dengan takaran yang dominan, yakni gula atau garam. Berdasarkan rasa tersebut maka dapat diketahui  bahwa penggunaan kecap pada masakan disamping untuk menambah sedap cita-rasa dan aromanya sekaligus pula untuk memberi rasa manis atau asin pada masakan, tergantung jenis masakan yang diberi kecap tersebut.
V.     PROSES PEMBUATAN KECAP AIR KELAPA
Proses pembuatan kecap air kelapa meliputi pemilihan buah kelapa, pengupasan/pemisahan air kelapa, penyaringan, pemasakan dan penambahan bumbu-bumbu, penyaringan dan pembotolan.
Pemilihan buah ditujukan untuk mendapatkan buah dengan tingkat kematangan yang seragam. Buah dengan tingkat kematangan yang seragam dan dipilih yang cukup tua diharapkan akan memberikan komposisi kimia yang hampir sama. Dalam penelitian ini digunakan buah yang cukup tua tetapi tidak terlalu tua.
Pengupasan dilakukan untuk memisahkan sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa. Proses pengupasan dilakukan secara manual dengan menggunakan parang. Air kelapa dipisahkan dari daging buahnya dan ditempatkan dalam wadah berupa waskom yang terbuat dari stainless steel. Penggunaan wadah stainless steel dianjurkan  untuk menghindari air kelapa bereaksi dengan wadah yang akan mengurangi nilai gizi dari komponen-komponen gizi yang terdapat dalam air kelapa.
Tahap berikutnya adalah penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan air kelapa dengan kotoran-kotoran yng masih terikut dalam air kelapa, seperti serpihan tempurung, sabut, daging buah maupun kotoran-kotoran padat lainnya. Hasil penyaringan dimsak sesegera mungkin, agar tidak terjadi perubahan pada air kelapa akibat aktifitas enzim dan mikroba. 
Pemasakan bertujuan untuk menghasilkan konsistensi air kelapa yang menyerupai kecap (kedelai). Selama proses pemanasan ditambahkan gula merah dan bumbu-bumbu. Gula merah dan bumu-bumbu akan menyebabkan kecap bertekstur kental dan  beraroma khas. Selama pemasakan/pemanasan terjadi trabsfer panas yang akan menurungkan kadar air produk, oleh karena terjadinya penguapan yang menghasilkan produk yang kental. Kekentalan juga menjadi indikator penilaian mutu kecap yang baik.
Proses pemanasan secara langsung juga akan mengawetkan produk, oleh karena beberapa enzim dan mikroba yang terdapat pada bahan air kelapa akan dinon-aktifkan bahkan dirusak oleh panas.
Penambahan bumbu-bumbu disamping memberi aroma dan citarasa kecap, juga bumbu-bumbu akan berfungsi sebagai pengawet. Beberapa bumbu seperti bawang, lengkuas dan sereh dapat bersifat anti mikroba pada bahan makanan.
Dalam penlitian dilakukan proses pemanasan selama 2 (dua) jam untuk 10 liter bahan.
Kecap yang diperileh selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan cairan dengan mkotoran maupun bumbu-bumbuyang ditambahkan sebelumnya. Penyaringan dilakukan dengan alat penyaring.
Tahap akhir dari proses ini adalah pembotolan. Pembotolan dilakukan terlebih dahulu dengan mensterilkannya. Sterilisasi wadah ditujukan untuk mendapatkan wadah botol yang bersih dan tidak bereaksi dengan bahan di dalamnya. Suhu yang digunakan untuk sterilisasi adalah di ats titik didih air.
Kecap yang sudah diisi dalam botol segera ditutup dan dianalisa di laboratorium
Hasil Analisis
a.  Kandungan Gizi Kecap
 Pada pembuatan kecap air kelapa digunakan bahan baku air kelapa sebanyak kira-kira 10 liter serta bumbu-bumbu dan penyedap sehingga diperoleh hasil kecap yang baik.
Hasil analisis laboratorium pada kecap tersebut di atas menunjukkan bahwa kecap mengandung nilai gizi yang cukup sehingga layak untuk dikonsumsi. Kandungan gisi kecap terdiri atas air, protein, abu dan padatan terlarut.
 Hasil analisis adalah sebagai berikut
Tabel 2.  Kandungan nutrisi kecap air kelapa
No.
Produk
Komposisi (%)
Air
Protein
Abu
Padatan Terlarut
1.
Kecap
24,01
2,30
6,09
12,34
Sumber:  Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan UNHAS  Makassar

Pada tabel di atas terlihat bahwa kadar air kecap adalah 24,01%. Dengan kadar air demikian maka kecap dapat memberikan citarasa yang enak (tidak hambar). Juga, produk dapat disimpan dalam waktu cukup lama tanpa mengalami perubahan citarasa.
Hanya saja, bila dibandingkan dengan standar mutu kecap yang telah ditetapkan, maka kadar air kecap air kelapa masih sangat tinggi, sebab kadar air yang telah ditetapkan dalam standar mutu kecap adalah 9,7% (Tabel 1). Hal ini sesuai pendapat Winarno (2002) yang menyatakan bahwa kadar air suatu bahan menentukan aseptabilitas, kesegaran dan daya tahan bahan. Air juga mempengaruhi penampakan, tekstur serta citarasa makanan.
Tingginya kadar air kecap air kelapa kemungkinan disebabkan oleh bahan bakunya, yaitu air kelapa. Sebagaimana diketahui bahwa air kelapa mengandung air yang sangat tinggi.
Kadar protein kecap adalah 2,30%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kecap air kelapa mengandung protein yang cukup rendah bila dibandingkan kadar protein  dalam standar  mutu kecap, yakni 29,8%. Namun demikian kecap air kelapa masih dapat dijadikan makanan pelezat yang sehat untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan. Kadar abu kecap air kelapa seperti tampak pada tabel adalah 6,09%, dengan demikian dapat dinyatakan  bahwa kadar tersebut cukup tinggi bila dibandingkan kadar abu dalam standar mutu kecap, yaitu 3,3%. Tingginya kadar abu kecap disebabkan karena bahan baku kecap adalah air kelapa yang merupakan bahan organik.  Abu adalah zat anorganik hasil pembakaran bahan organik, dimana pada kecap ini adalah air kelapa.
Kadar abu ada hubungannya dengan kadar mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat pada bahan dapat berupa 2 macam garam, yaitu garam organik dan garam anorganik. Mineral juga kadang-kadang berbentuk senyawa kompleks yang bersifat organis (Sudarmadji dkk, 1986)
Tabel juga menunjukkan bahwa kadar padatan terlarut kecap air kelapa adalah sebanyak 12,34%. Hal ini berasal dari bumbu-bumbu yang digunakan dalam proses pembuatan kecap air kelapa. Telah diketahui bahwa pembuatan kecap menggunakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam air kelapa, seperti gula merah, penyedap rasa yang merupalan kaldu ayam.
Kadar padatan terlarut kecap air kelapa masih rendah bila dibandingkan dengan standar mutu kecap yang ada,  yakni 25,4%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena bahan baku kecap pada umumnya adalah bahan padat, seperti kedelai, kecipir dan lain sebagainya, sehingga kadar padatan telarutnya juga tinggi.
b. Uji Organoleptik
1. Citarasa 
Uji organoleptik yang dilakukan terhadap citarasa kecap menghasilkan kisaran nilai 3 – 5, dengan nilai rata-rata 4,5 (suka dan sangat suka). Ini menunjukkan bahwa secara umum responden suka dan sangat suka terhadap citarasa kecap air kelapa. Citarasa bahan makanan dihasilkan dari 3 komponen utama yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut. Bau lebih banyak melibatkan indera pencium (hidung), rasa melibatkan lidah sedangkan rangsangan mulut dipengaruhi oleh faktor-faktor senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.
Dengan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa komposisi bahan baku dan bahan tambahan (bumbu) sudah memberikan citarasa yang disukai. Dengan demikian maka jenis dan jumlah bahan penambah citarasa yang digunakan dalam pembuatan kecap air kelapa dapat diterima oleh konsumen.
2.  Tekstur
Tekstur adalah keadaan perbandingan antara komponen-komponen penyusun bahan. Tekstur kecap air kelapa dihasilkan dari perbandingan antara air kelapa dan bahan yang ditambahkan dengan proses pemasakan. Tekstur dipengaruhi oleh kekentalan bahan serta kehalusan rempah-remah yang digunakan. Untuk mengetahuinya kita dapat menggunakan ujung jari tangan.
Uji organoleptik yang dilaksanakan untuk tekstur kecap menghasilkan nilai rata-rata 4,00 (suka), berarti bahwa pada umumnya responden suka pada tekstur kecap air kelapa.  
3. Warna
Uji organoleptik menghasilkan nilai rata-rata 4,07 (antara suka dan sangat suka), warna kecap air kelapa. Warna kecap air kelapa sama saja dengan kecap yang dibuat dari kacang kedelai, yaitu merah kehitaman, sehingga persepsi konsumen terhadap kecap air kelapa ini sama saja dengan kecap yang sudah lazim mereka kenal.
Warna kecap air kelapa dipengaruhi oleh komponen yang menyusun dan proses pembuatannya. Warna coklat disebabkan oleh reaksi browming nonenzimatis. Pada kecap terjadi reaksi Maillard dan Karamelisasi yang membuat warna kecap terasa khas

VI.      KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasannya sebagaimana diungkapkan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;
1. Proses pembuatan kecap air kelapa meliputi: pemilihan buah kelapa, penyaringan/penjernihan, pemanasan/pemasakan, penambahan bumbu, penyaringan dan pembotolan.
2.  Kandungan gizi kecap air kelapa adalah kadar air 24,01%, protein, 2,30%, abu 6,09% dan padatan terlarut 12,34% 
3.  Uji organoleptik terhadap produk mengahasilkan bahwa responden suka dan sangat suka terhadap citarasa produk, tekstur kecap air kelapa  disukai  oleh responden sedangkan warnanyanya juga antara suka dan sangat suka

VII. SARAN-SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang diambil di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut;
1.  Pembuatan kecap air kelapa di Kelurahan Romang Lompoa Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa memiliki peluang yang cukup terutama bila ditinjau dari letak Kabupaten Gowa yang berbatasan langsung dengan Makassar yang merupakan pasar besar.
2.  Cara pembuatan kecap dari air kelapa cukup mudah dilakukan, peralatan yang digunakan cukup sederhana dan bahan-bahannya pun mudah didapat.
3.    Kiranya pemerintah dapat memikirkan dan memprogramkan kegiatan pengembangan/perluasan tanaman kelapa khususnya di daerah-daerah yang memiliki agroekosistem yang sesuai dengan syarat tumbuh kelapa.


DAFTAR PUSTAKA
Alam. Syamsu, 2002. Filosofi Penelitian dan Pengkajian. BPTP Sulawesi Selatan, Makassar.

Anonim,  19884.  Pedoman Penyelengaraan Penyuluhan Pertanian, Buku III. Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.

_______,   1988.  Pasca panen dan Pengelolaan Kelapa. BLPP Batangkaluku, Gowa

_______, 2005.  Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Dasar (Analisa Proksimat). UNHAS. Makassar

_______,   2006.  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. DEPHUKHAM, Jakarta
.
Padmowiharjo. S, 1999. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka, Jakarta.

_____________,   2004. Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Dalam Era Otonomi Daerah. BPSDMP.  Jakarta.
 
Pasa Y, 2008.   Studi Pembuatan Donat Dengan Penambahan Waluh (Cucurbita moschata) Skripsi S!. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Cokroaminoto. Makassar.

Reyne,       1984.  Produksi Kelapa Berada Di Tempat Ke empat Sesudah Minyak Bumi, Gula dan Kare, Kajian Ssial Ekonomi.Aditya Media, Jogyajarta. 
   
San Afri Awang, 1981. Kelapa. Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media Yogyakarta.

Sarwono, B, 1985. Kecap, Fermentasi Dan Pengolahan Bahan. Majalah Trubus Pertanan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudjana,  1996.  Metode Statistika. Tarsito, Bandung.

Sudjanto, 1985. Kelapa. CV, Jasaguna - Jogyakarta.

Suhardiyono, 1988.Tanaman Kelapa, Mudidaya Dan Pemanfaatanya. Kanisius, Jogyakarta

Sulili. A, 2003. Perencanaan Program Penyuluhan Pertanian. UNHAS,  Makassar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar